Ditengah suasana duka berpulangnya Ketua Pusat Studi CCTD(Center of Critical Thinking Development) UKSW, Yohanes Daniel Zakarias, SH.,MA., ke Rumah Bapa di Surga tanggal 24 Agustus 2019, bertepatan dengan penutupan kegiatan Workshop Berpikir Kritis (Batch 2). Kegiatan hari terakhir workshop adalah presentasi draft tulisan dan Silabus peserta, serta pembahasan Rencana Tindak Lanjut (RTL). Workshop yang diikuti dosen UKSW itu berlangsung sejak tanggal 24 Juni 2019,dan berkelanjutan hingga sepuluh kali pertemuan. Kegiatan dilakukan setiap hari Senin pukul 16.00-18.00 WIB, bertempat di ruang F106 UKSW. Jumlah peserta yang berhasil menyelesaikan kegiatan Workshop sebanyak 12 orang. Adapun materi-materi yang dibahas dan didiskusikan, yakni What Stages of Your Critical Thinking; Mengatasi Egosentrisitas dan Sosiosentrisitas; Universal Intellectual Standart; Elements of Reasoning; Intellectual Traits (Kebajikan Intelektual); Socratic Disccusion; dan Implementasi Berpikir Kritis dalam empat domain aktivitas akademik, yaitu Mendengar (Critical Listening), Membaca (Critical Reading), Menulis (Critical Writing), dan Berbicara (Critical Speaking). Sebagai produk akhir dari kegiatan, setiap peserta mengerjakan tiga tugas mandiri, sebagai bentuk pemahaman mereka tentang materi-materi yang telah dipelajari. Adapun produk yang dihasilkan adalah silabus MK Berpikir Kritis yang disesuaikan dengan kebutuhan Progdi/Fakultas, draf artikel ilmiah populer terkait disiplin ilmu yang ditekuni, dan definisi Berpikir Kritis. Dengan demikian, karena terdapat 12 peserta maka dihasilkan 12 Silabus, 12 artikel, dan 12 definisi berpikir kritis. Tidak hanya itu, peserta juga telah mendiskusikan nilai-nilai UKSW untuk dimasukkan dalam Standar Intelektual dan Kebajikan Intelektual (intellectual traits). Sebuah model Berpikir Kritis yang khas UKSW dicoba untuk diinisiasi, yang diharapkan akan dilanjutkan dengan diskusi-diskusi pematangan. Dalam Rencana Tindak Lanjut (RTL), disepakati akan dilakukan diskusi-diskusi rutin dan penelitian-penelitian internal kampus dalam rangka pengembangan keterampilan berpikir kritis di UKSW. Sebagaimana diketahui, Pemikiran Kritis merupakan tools untuk melakukan aktivitas-aktivitas penalaran secara berkualitas, berdasarkan standar-standar obyektif dan kriteria baku, dengan tujuan akhir menciptakan sikap intelektual yang rendah hati (intellectual humility) dan adil (fair-minded). Dengan berakhirnya Workshop Berpikir Kritis Batch 2 ini, direncanakan segera dibuka Workshop Batch 3 dalam waktu dekat. Sebagai informasi tambahan, Worskhop Berpikir Kritis direncanakan dilakukan secara rutin dengan maksud mendorong pembelajaran bersama agar terbentuk kesamaan persepsi antara aktivis akademik di lingkungan UKSW,terkait upaya ‘pengarusutamaan’ Pemikiran Kritis di UKSW. Dengan demikian diharapkan akan dapat menciptakan warga akademik yang kritis, kreatif, inovatif dan takut Tuhan sesuai dengan visi dan nilai-nilai UKSW.
PENGENALAN KERANGKA BERPIKIR KRITIS PAULIAN
The mind is own place, and in it self can make a heav’n of hell, a hell of heav’n. John Milton (1608-1674)
Judul tersebut disesuaikan dengan kedudukan mahasiswa 201 sebagai mahasiswa baru, dan dihubungkan dengan gagasan untuk menyatukan pemikiran (Critical Thinking) kedalam kurikulum semua Fakultas/Jurusan di UKSW pada tahun 2019. Beranjak dari rencana diatas itulah Pemikiran Kritis dalam acara Orientasi Mahasiswa Baru (OMB) 2018 ini disajikan sebagai perkenalan dengan pemikiran kritis. Walaupun demikian pada tingkat terbatas akan juga diperkenalkan praktek berpikir kritis dengan pendekatan “minimalist”. Pendekatan minimalist menunjuk kepada penerapan satu elemen atau lebih dari 25 elemen Kerangka Pemikiran Kritis Paulian, terhadap teks bacaan tertentu. Hal itu kami lakukan ketika menganalisis dialog antara dosen dengan seorang mahasiswa dan tiga cerita lainnya. Ketiga cerita dimaksud terdiri dari satu “The True Story” dan dua cerita fiktif.
Kerangka pemikiran kritis Paulian (Paulian’s framework of critical thinking) menunjuk kepada keberadaan 25 elemen pemikiran kritis (baca diagram 4) yang dihasilkan Richard Paul (alm.2015) pendiri (founding father) dan Linda Elder, President, Centre of Critical Thinking, Foundation for Critical Thinking, Sonoma University, Northern Calfornia, USA. Oleh karena itu, judul “Pengenalan Kerangka Berpikir Kritis Paulian,” hendaknya dipahami sebagai pengenalan kerangka pemikiran kritis Paulian dan analisis penerapannya secara terbatas. Didalamnya tersirat tujuan pengenalan dimaksud yaitu agar para mahasiswa angkatan 2018, secara inteletual telah dipersiapkan secara mandiri (intellectual autonomy) sehingga UKSW boleh beranggapan (assumption) bahwa mahasiswa telah siap mengikuti kuliah berpikir kritis pada waktunya.
Kutipan dari puisi John Milton dalam bukunya “Paradise Lost” (surga yang hilang) sebagaimana tersaji dalam sub judul diatas adalah suatu metafora the mind in its own place artinya, pikiran kita menempati kedudukan tersendiri dalam keberadaan kita sebagai manusia. Kita dapat mendayagunakannya, bagaikan merubah surga menjadi Negara (heaven of hell) atau dapat merubah “neraka menjadi surga” (hell of heaven). Para terrorist, radikalis-ekstremis, para penjahat, koruptor, Machiaveliani, kemiskinan dan kesengsaraan manusia oleh penyulut perang seperti ISIS di Suriah-Libanon dan Irak termasuk kelompok pertama, heaven of hell. Masih tidak jelas kategori-kategori untuk kelompok kedua, hell of heaven. Mereka yang terkorban karena perilaku kelompok pertama (yang ingin menjadikan dunia ini sebagai surganya sendiri dan membiarkan neraka bagi orang lain) yaitu, para pengungsi yang menderita akibat perang dan bencana alam misalnya, berada dalam suasana neraka walaupun mungkin dalam penderitaan mereka toh masih terhibur dengan harapan, surga akan datang kelak. Bagaimana dengan kita di UKSW ini? Heaven-hevanly? Dapatkah UKSW menjadi surga didunia menuju surge sesungguhnya, menurut iman kepercayaan kita.
Kerangka Pemikiran Kritis Paulian (KPKP) menyarankan agar menerapkan 8 elemen penalaran (elements of reasoning/EoR) yang harus memenuhi 9 standard intelektual universal (Universal Intellectual Standards/UIS) dan ketika melakukan penalaran belajar dan berusaha menerapkan, 8 kebajikan inteletual (Intellectual Virtues). Mungkin Heaven akan terasa Heavenly setelah itu).
Jika demikian bagaimana dengan hidup anda sekarang? Bagaimana perasaan anda ketika berada di UKSW paling tidak setelah menjalani OMB ini? Semoga tidak ada heaven of the hell, semoga juga tidak hell of heaven, tetapi semoga ada citra harapan, a heaven-heavenly, apapun rumusan pengertiannya yang kita lekatkan kepada metaphor ketika ini. Menurut kami, quote dari John Milton diatas sebenarnya memusat kepada pengenalan diri sendiri (to know Thyself). Apakah anda memilih menjadi mahasiswa UKSW agar dapat melihat terang kecerahan ke masa depan ketika anda bekerja? Itulah harapan kita semua, khususnya anda yang telah hadir di UKSW ini!
Semua mahasiswa baru tentu akan menikmati suasana damai di UKSW. Gunakan kesempatan ini sebaik mungkin untuk mengasah penalaran. Hidup adalah kesempatan untuk memilih bersikap terhadap realitas disekeliling kita. Kami menganggap perlu mengingatkan itu sejak dini dengan mempertimbangkan hasil penelitian di Amerika oleh Richard Paul,dkk. Mereka mengingatkan tidak hanya para murid atau mahasiswa saja yang tidak mampu menalar dengan baik, tetapi guru mereka juga mungkin tidak mampu menalar dengan baik (To Reason Well). Mungkin saja tidak semua dosen juga tidak semua profesional dalam bernalar. Tetapi dikalangan ini mungkin banyak juga yang tidak menalar dengan baik. Kami juga mengamati bahwa kebanyakan mahasiswa memasuki ruang kelas tanpa persiapan sama sekali. Persepsi kami menunjukkan bahwa pemahaman terhadap isi kuliah sebelumnya kurang disadari sebagai prasyarat utama (pre-condition) mengikuti kuliah dan tentu menjadi mahasiswa UKSW. Khususnya untuk angkatan 2018 yang telah memperoleh pengenalan berpikir kritis perlu menyadari akan prasyarat utama ini. Semoga capaian prasyarat ini diterapkan semua dosen dan dinilai capaiannya pada setiap perkuliahannya. Hasil dari satu kedisiplinan bukanlah diukur dari kehadiran saja tapi tingkatan penguasaan materi belajar sehingga jelas kita berada ditingkat pemikiran yang mana (the unreflective, the challenge, the beginning and practicing thinkers), kata Richard Paul dan Linda Elder.
Pengenalan pemikiran kritis ini diawali dengan dua seruan para filsuf “to know thyself” (kenalilah diri sendiri), yang erat kaitan dengan “An Unexamined life is not worth living” (hidup yang tidak teruji bukanlah hidup sesungguhnya).Sudahkah anda mengenal diri sendiri? Anda adalah mahasiswa baru, kenali diri anda sebagai seorang mahasiswa, katakanlah kepada diri anda sendiri, bahwa saya bukan sebagai siswa SMU/SMA lagi, tapi maha-siswa, siswa yang yang agung! Apanya yang agung?
Kenali diri sendiri menjadi sub pokok bahasan dalam tulisan ini. Mengapa UKSW memandang perlu menyajikan MK Pemikiran Kritis secara tersendiri untuk mahasiswa angkatan 2018/2019 ini? Patut dicatat, bahwa FEB-UKSW telah memulai sejak semester I, 2014/2015, kemudian diterapkan pada magister Sistem Informatika (S2), FTI-UKSW sejak semester II TA 2016/2017? UKSW sebagai suatu sistem pembelajaran harus menerapkan pemikiran kritis kepada semua mahasiswa bahkan dosen, apabila pendekatan sistem demikian baru pertama di Indonesia. Sub pokok pembahasan kedua mencuatkan kenallah diri sendiri melalui dialog ala Socrates, antara mahasiswa dan dosen diikuti dengan pengenalan 25 elemen pemikiran kritis seperti telah dikemukan diatas (amati diagram 4 lagi). Sub pokok bahasan ketiga tentang praktek minimalist dalam berpikir kritis Paulian dengan bertitik tolak dari pemahaman konsep dan konseptualisasi. Dalam diagram 4 terlihat bahwa konsep adalah salah satu element dari 25 elemen pemikiran kritis tersebut dan diterapkan (konseptualisasi) pada tiga cerita yang terpilih untuk dibahas. Bagian terakhir adalah kesimpulan dan saran. Pusat perhatian ditekankan pada apa yang selayaknya dilakukan oleh mahasiswa baru angkatan 2018 ini dalam rangka mempersiapkan diri untuk mengikuti kuliah pemikiran kritis pada tahun 2019/2020.
Pengertian
Pada dasarnya pengertian dalam kerangka pemikiran kritis Paulian berada dalam tiga sikap proses berpikir yang harus dilalui, yaitu:
- Pembentukan sikap
- Penerapan etimologi berpikir kritis
- Penerapan ke 25 elemen berpikir Kritis Paulian
Critical thinking is self-guided, self-disciplened thinking wich attempts to reason at the highes level of quality in a fair-minded way. People who think critically consistenly attempts to live rationally, reasonable, empathically. There are kindly aware of the inherently flawed nature of human thinking when left unchecked. They strive to diminish the power of their egocentric and socialcentric tendencies. They use the intellectual tools that critical thinking offers-concepts and principles that enable them to analyze, assess, and improve thinking. They work diligently to develop the intellectual virtues of intellectual integrity, intellectual humility, intellectual civility, intellectual empathy, intellectual sense of justice and confidence in reason.
The etymology & dictionary definition of critical thinking. The concept of critical thinking we adhere to reflects a concept embedded not only in a core body of research over the last 30 to 50 yeasr but also derived from roots in ancient Greek. The word critical derives etymologically from two Greek roots : “kriticos” (meaning discerning judgement) and criterion (meaning standards). Etymologically, then, the word implies the development of “discerning judgement base on standards.” In webster’s new world dictionary, the relevant entry reads “characterized by careful analysis and judgment” and is followed by the gloss, “critical – in its strictest sense – implies an attempt at objective judgment so as to determine both merits and faults”. Applied to thinking, then, we might provisionally define critical thinking that axplicitly aims at well-faunded judgment and hence utilizes appropriate evaluative standards in the attempt to determine the true worth, merit, or value of something.
25 Elemen Berpikir Kritis. Critical thinking is that mode of thinking about any subject, content, or problem – in which the thinker improves the quality of his or her thinking by skillfully taking charge of the structures inherent in thinking and imposing intellectual standard upon them. (Paul and Elder, 2001).
(Materi ini dibagikan dan disampaikan sebagai materi pengantar oleh tim CCTD UKSW dalam kegiatan Orientasi Mahasiswa Baru UKSW 2019)